Bersua – Analis dari Reku, Fahmi Almuttaqin, menyampaikan bahwa meredanya inflasi inti Amerika Serikat (AS) menjadi faktor utama yang mendorong penguatan pasar kripto dan saham AS secara serempak. Penurunan laju kenaikan inflasi tersebut dianggap memberikan harapan terhadap pencapaian target inflasi sebesar 2 persen yang ditetapkan oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Menurut Fahmi, tingginya laju inflasi, terutama yang terjadi di sektor energi, dapat memengaruhi proyeksi kebijakan The Fed. Ia menjelaskan bahwa kondisi ini memungkinkan bank sentral untuk mengurangi jumlah pemangkasan suku bunga pada tahun 2024. Sejak memulai siklus pelonggaran pada September tahun lalu, The Fed telah memangkas suku bunga acuan hingga total 100 basis poin.
Penguatan signifikan juga terlihat pada aset kripto. Harga Bitcoin mencatatkan apresiasi ke level 99 ribu dolar AS dan bahkan berhasil menembus 100 ribu dolar AS. Penguatan ini diikuti oleh aset kripto lainnya, seperti Ethereum, XRP, SOL, dan XLM, yang mengalami kenaikan di berbagai pasar global.
Di pasar saham AS, indeks Nasdaq Composite mencatat kenaikan tertinggi sebesar 2,17 persen, diikuti oleh S&P 500 yang naik 1,62 persen, serta Dow Jones Industrial Average yang mengalami penguatan sebesar 1,5 persen. Saham-saham di sektor teknologi dan perbankan menjadi motor penggerak kenaikan ini. Beberapa di antaranya adalah Tesla yang mengalami lonjakan sebesar 5,76 persen, Meta Platforms 4,76 persen, Citigroup 6,1 persen, Wells Fargo 6,1 persen, dan Goldman Sachs 4,8 persen.
Fahmi menjelaskan bahwa data inflasi AS pada Desember menunjukkan adanya penurunan laju kenaikan inflasi inti (yang tidak memasukkan komponen volatil seperti energi dan pangan) sebesar 0,1 persen dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Inflasi inti tersebut hanya mengalami kenaikan sebesar 0,2 persen, lebih lambat dibandingkan kenaikan 0,3 persen yang terjadi dalam empat bulan sebelumnya. Namun, secara keseluruhan, inflasi bulanan tercatat naik 0,4 persen pada Desember, yang menjadi kenaikan tertinggi sejak Maret 2024. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh harga energi, yang menyumbang lebih dari 40 persen terhadap kenaikan indeks harga konsumen (CPI) pada bulan tersebut.
Secara tahunan, CPI meningkat sebesar 2,9 persen, naik dari 2,7 persen di bulan November, yang juga menjadi laju tercepat sejak Juli. Menurut Fahmi, penurunan laju kenaikan inflasi inti ini membuka peluang bagi The Fed untuk kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan.
Meskipun demikian, Fahmi memperingatkan bahwa apabila penurunan suku bunga tersebut dilakukan, kebijakan moneter selanjutnya mungkin akan menjadi kurang jelas. Selain itu, kebijakan Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari, dapat memberikan dampak signifikan terhadap arah ekonomi AS. Ia menjelaskan bahwa rencana pemotongan pajak oleh Trump berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan proteksionis dan pembatasan imigrasi yang direncanakan juga bisa meningkatkan biaya produksi serta mengganggu rantai pasok, sehingga berpotensi menambah tekanan inflasi.
Dalam situasi ini, meskipun ada kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir bulan, pejabat The Fed mungkin akan mempertimbangkan berbagai risiko sebelum membuat keputusan. Reaksi pasar terhadap perkembangan tersebut menunjukkan potensi reli yang bisa terus berlanjut hingga keputusan kebijakan suku bunga diumumkan.
Fahmi juga menyoroti momentum pelantikan Trump yang diperkirakan akan memberikan dorongan positif bagi pasar, terutama di sektor industri dan kripto. Meskipun pasar saham dan kripto saat ini masih berada dalam tren bullish, keputusan untuk tidak menurunkan suku bunga dapat memberikan tekanan tambahan, terutama jika The Fed memberikan proyeksi kebijakan yang lebih ketat seperti yang terjadi pada pertemuan sebelumnya.
Dengan demikian, meskipun kondisi pasar saat ini terbilang positif, Fahmi mengingatkan bahwa investor tetap perlu berhati-hati dan responsif terhadap perkembangan situasi yang terjadi. Sikap tersebut dinilai penting untuk menjaga stabilitas serta pertumbuhan portofolio investasi mereka.
More Stories
Indonesia dan Fiji Perkuat Kerja Sama Bilateral serta Hubungan Regional
Judul: Serangan Siber di Bandara Malaysia, Peretas Minta Tebusan 10 Juta Dolar AS
Kasus Kekerasan Anak di Jepang Mencapai Rekor Tertinggi, Didominasi Kekerasan Psikologis