Bersua – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah memutuskan untuk mengurangi jumlah staf PBB di Jalur Gaza. Keputusan ini diambil setelah tewasnya ratusan warga sipil, termasuk staf PBB, serta blokade yang menghalangi bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut. Pada Senin (24/3), juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengungkapkan bahwa meskipun PBB menghadapi situasi yang semakin sulit, organisasi tersebut tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan warga sipil Gaza.
Dujarric menyebutkan bahwa sekitar 30 persen dari 100 staf internasional yang bekerja di Gaza akan ditarik, yang berarti sekitar 30 orang akan meninggalkan wilayah tersebut. Meskipun pengurangan staf ini, PBB tetap mempertahankan kehadirannya di Gaza dengan hampir 13.000 personel yang sebagian besar bekerja untuk Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Dekat (UNRWA), dengan sebagian besar di antaranya adalah staf lokal.
Menurut Dujarric, salah satu insiden yang paling mengkhawatirkan terjadi pada 19 Maret, ketika serangan yang diduga dilakukan oleh tank Israel menghantam kompleks PBB di Deir Al Balah. Serangan tersebut menyebabkan tewasnya seorang staf PBB asal Bulgaria dan melukai enam orang lainnya, yang berasal dari berbagai negara termasuk Prancis, Moldova, Makedonia Utara, Palestina, dan Inggris. Beberapa di antara mereka mengalami cedera serius yang menyebabkan cacat seumur hidup. Dujarric menekankan bahwa lokasi kompleks PBB tersebut sudah diketahui oleh pasukan Israel, yang menjadikan serangan itu semakin memprihatinkan.
Sekretaris Jenderal PBB, melalui juru bicaranya, mengecam keras serangan ini dan mendesak agar dilakukan penyelidikan penuh, menyeluruh, dan independen. Dujarric juga menegaskan bahwa semua pihak yang terlibat dalam konflik harus mematuhi hukum internasional, yang mencakup perlindungan terhadap warga sipil dan penghapusan hambatan terhadap bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa. Selain itu, ia menyerukan agar para sandera segera dibebaskan tanpa syarat.
Koordinator bantuan darurat PBB, Tom Fletcher, juga menambahkan bahwa pihaknya terus menerima laporan mengerikan dari Gaza, termasuk serangan terhadap tenaga kesehatan, ambulans, dan rumah sakit yang sedang berupaya menyelamatkan korban. Menurut Fletcher, semua negara harus menggunakan pengaruh mereka untuk menghentikan kekerasan dan memastikan bahwa hukum internasional dihormati. PBB, di bawah arahan Sekjen Guterres, terus mendesak untuk segera diadakannya gencatan senjata guna mengakhiri penderitaan yang dialami oleh warga sipil di Gaza.
Blokade yang telah berlangsung selama lebih dari tiga minggu ini merupakan yang terlama sejak serangan mematikan oleh Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Israel memutus aliran bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh warga Gaza, yang memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Serangan terhadap fasilitas medis juga terus meningkat, dengan laporan terbaru yang menyebutkan bahwa departemen bedah di Kompleks Medis Nasser diserang dan terbakar pada 23 Maret. Di Rafah, yang terletak di bagian selatan Gaza, sejumlah ambulans juga dilaporkan ditembak di Tal Al Sultan, mengakibatkan lebih banyak korban jiwa.
Menurut laporan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), PBB dan mitra kemanusiaannya terus menghadapi kendala besar dalam menyediakan layanan kesehatan yang sangat dibutuhkan. OCHA menyebutkan bahwa mitra-mitra kemanusiaan menyerukan agar tim medis darurat tambahan segera dikirim ke Gaza untuk membantu tenaga kesehatan yang sudah kelelahan dan kewalahan dalam menghadapi jumlah korban yang terus meningkat.
Meskipun situasi semakin genting, PBB tetap berkomitmen untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang membutuhkan, meskipun pengurangan staf menjadi langkah yang sulit diambil mengingat tingginya ancaman terhadap keselamatan personel di lapangan. PBB terus berharap bahwa ada solusi diplomatik yang dapat mengakhiri kekerasan ini dan membawa perdamaian serta stabilitas di kawasan yang penuh dengan penderitaan ini.
More Stories
Indonesia dan Fiji Perkuat Kerja Sama Bilateral serta Hubungan Regional
Judul: Serangan Siber di Bandara Malaysia, Peretas Minta Tebusan 10 Juta Dolar AS
Kasus Kekerasan Anak di Jepang Mencapai Rekor Tertinggi, Didominasi Kekerasan Psikologis